Senin, 23 April 2012

#NoMention (2)

pena telah mengering
lembaran telah dilipat
jika memang namamu
yang tertulis untukku
niscaya Allah akan tanamkan cinta
dalam hati kita

Rabu, 18 April 2012

#NoMention (1)

kau yang namamu tertulis untukku
maaf jika hati ini kusam karena pernah terjamah oleh yang lain
namun kan ku coba mengkilapkannya kembali
hingga tampak indah bila saatnya kupersembahkan padamu ..

Kamis, 12 April 2012

Pesan #1

Kau yang sebagian tulang rusukku ada padamu
jagalah kesucian dan kemuliaan dirimu
sebagaimana aku menjaga kesucian dan kemuliaan diriku

Kau yang sebagian tulang rusukku ada padamu
perhatikanlah hijabmu
sebagaimana aku memperhatikan hijabku

Kau yang sebagian tulang rusukku ada padamu
berhati-hatilah dalam pergaulanmu
sebagaimana aku berhati-hati dalam pergaulanku


Kau yang sebagian tulang rusukku ada padamu
peliharalah rasa malumu
sebagaimana aku memelihara rasa maluku

Kau yang sebagian tulang rusukku ada padamu
karena engkau lah cermin bagi diriku ..


Rabu, 11 April 2012

Mencintai Setegar Salman

Salman al Farisi, seorang sahabat Nabi Saw yang berasal dari Persia. Salman sengaja meninggalkan kampung halamannya untuk mencari cahaya kebenaran. Kegigihannya berbuah hidayah Allah Swt dan pertemuan dengan Nabi Muhammad Saw di kota Madinah. Beliau terkenal dengan kecerdikannya, dalam perang Khandaq beliau mengusulkan penggalian parit di sekeliling kota Madinah ketika kaum kafir Quraisy Mekkah datang menyerbu.

Sewajarnya seorang pemuda, dia juga ingin menikah. Seorang wanita Anshar yang dikenalnya sebagai wanita mukminah  dan shalihah telah menjadi pilihan hatinya. Tapi di sini bukanlah kampung halamannya, Madinah memiliki rasa bahasa dan adat yang belum begitu dikenalnya. Sebagai pendatang, melamar gadis pribumi tentu menjadi hal yang pelik, harus ada seorang yang akrab dengan tradisi Madinah berbicara untuknya dalam khithbah. Maka disampaikannyalah hajat hati itu kepada sahabat Anshar yang telah dipersaudarakan dengannya oleh Nabi Saw, Abu Darda’.

”Subhanallaah. . wal hamdulillaah. .”, penuh suka cita Abu Darda’ mendengarnya. Keduanya tersenyum bahagia dan berpelukan. Setelah segala sesuatunya disiapkan, beriringanlah kedua sahabat itu menuju sebuah rumah di penjuru tengah kota Madinah. Tempat kediaman dari seorang wanita yang shalihah lagi bertaqwa.
Dengan fasih Abu Darda’ berbicara dalam logat Bani Najjar yang paling murni, ”Saya adalah Abu Darda’, dan ini adalah saudara saya Salman seorang Persia. Allah telah memuliakannya dengan Islam dan dia juga telah memuliakan Islam dengan amal dan jihadnya. Dia memiliki kedudukan yang utama di sisi Rasulullah Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam, sampai-sampai beliau menyebutnya sebagai ahli bait-nya. Saya datang untuk mewakili saudara saya ini melamar putri Anda untuk dipersuntingnya.”, 
”Adalah kehormatan bagi kami”, ucap tuan rumah, ”menerima Anda berdua, sahabat Rasulullah yang mulia. Dan adalah kehormatan bagi keluarga ini bermenantukan seorang sahabat Rasulullah yang utama. Namun hak jawab ini sepenuhnya saya serahkan pada putri kami.” Tuan rumah memberi isyarat ke arah hijab.
Abu Darda dan Salman menunggu dengan berdebar-debar. Hingga sang ibu muncul kembali setelah berbincang-bincang dengan putrinya.
”Maafkan kami atas keterusterangan ini”, kata suara lembut itu. Ternyata sang ibu yang bicara mewakili putrinya. ”Tetapi karena Anda berdua yang datang, maka dengan mengharap ridha Allah saya menjawab bahwa putri kami menolak pinangan Salman. Namun jika Abu Darda’ kemudian juga memiliki urusan yang sama, maka putri kami telah menyiapkan jawaban mengiyakan.”
Keterusterangan yang di luar perkiraan kedua sahabat tersebut. Ironis sekaligus indah. Sang putri lebih tertarik kepada pengantar daripada pelamarnya. Bayangkan sebuah perasaan, dimana cinta dan persaudaraan bergejolak berebut tempat dalam hati. Bayangkan sebentuk malu yang membuncah  dan bertemu dengan gelombang kesadaran.
"Allahu Akbar!!" Seru Salman, "Semua mahar dan nafkah yang aku siapkan ini akan aku serahkan pada Abu Darda’, dan aku akan menjadi saksi pernikahan kalian!


[disadur dari Jalan Cinta Para Pejuang - Salim A. Fillah]
Betapa manisnya kemantapan iman seorang Salman. Beliau paham arti persahabatan sejati. Tak layak disebut sahabat jika tidak turut bergembira atas kebahagiaan saudaranya. Tak layak disebut sahabat jika merasa dengki atas nikmat yang diberikan kepada saudaranya. Tak ada yang lebih indah dari melihat dua insan yang saling mencintai karena Allah Swt.


“Tidaklah seseorang dari kalian sempurna imannya, sampai ia mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya.” [HR Bukhari]
Saudaraku, anda yang membaca ini. Betapa pun besarnya cinta kita kepada seseorang, bukan berarti kita harus memilikinya. Cinta tak harus memiliki, dan sejatinya kita memang tidak memiliki apapun di dunia ini. Sebelum khitbah diterima, sebelum ijab qabul diikrarkan, tidaklah cinta menghalalkan hubungan dua insan. Berbaik sangkalah kepada Allah Swt, bersabarlah, karena mungkin telah disiapkan seseorang yang lebih baik dari dirinya. Seseorang yang bisa jadi menjadi sarana kita dalam meraih pintu surga.
--zal, ketika suatu saat kau sadar bahwa dia yg kau pilih tidak memilihmu, bahagialah! ingat kau pernah menulis ini!--

Senin, 09 April 2012

Barakallahu fii umrik Yaa Ummi


9 April

tanggal lahir seseorang yang menjadi inspirasi di setiap jejak langkah dan hembusan nafas

seseorang yang selalu menjadi alasan untuk tetap tersenyum saat lelah dan penat

seseorang yang mampu mengobarkan semangat dan gairah ketika asa tergoyah

seseorang yang menjadi motivasi untuk berprestasi

tepat 52 tahun yang lalu, lahir seseorang yang kasih dan sayangnya tak habis terkikis waktu
 seseorang yang surgaku ada di telapak kakinya
seseorang yang ridhonya menjadi ridho Allah untukku

Barakallahu fii umrik Yaa Ummi, semoga keberkahan & keselamatan serta kesejahteraan selalu terlimpah dari Allah untukmu, Aamiin .

                                       

Sabtu, 07 April 2012

Tempat Berteduh

Iseng-iseng bikin desain interior rumah pake software SweetHome3D. Semoga kesampaian bisa punya rumah dengan desain sendiri.Aamiin :)




Rabu, 04 April 2012

Ingat Sobat

kerabat
sahabat
sejawat
terpikat
nikmat
terjerat
syahwat
terikat
karat
erat
disikat
malaikat
terlaknat
akhirat

Kisah Usang Sang Pecundang

Pernah menjadi seorang pecundang. Layaknya pemuda-pemuda pada umumnya yang masih mengedepankan ego dalam menghadapi segala hal. Egois terhadap Sang Maha Pencipta, egois terhadap kedua orang tua, egois terhadap orang sekitar, bahkan egois terhadap diri sendiri.

Egois terhadap Sang Pencipta karena sering melakukan maksiat dengan menggunakan nikmat yang telah diberikan. Egois terhadap kedua orang tua karena tak jarang menggadaikan kepercayaan yang telah diamanatkan. Egois terhadap orang sekitar ketika perhatian mereka dibalas dengan ketidakacuhan. Egois terhadap diri sendiri ketika seharusnya diri ini memperoleh haknya untuk bersyukur kepada Sang Pencipta, haknya untuk berbakti kepada insan yang mengawalinya, dan haknya untuk berkembang dengan berbagai macam ilmu pengetahuan.

Segala keegoisan tersebut terjadi karena mental saya sebagai remaja yang masih labil dan belum bisa mengontrol gejolak darah muda yang tidak berpikir dua kali untuk melakukan sesuatu serta kurangnya minat untuk mencari pengetahuan tentang ilmu agama. Meskipun begitu jika dibanding dengan teman-teman saya secara keseluruhan, saya masih masuk kategori yang "baik". Ya, saya masih masuk kategori "baik", yang membedakan saya dengan mereka adalah saya sudah tekun ibadah setiap hari dan saya tidak pernah menyentuh rokok apalagi minuman keras. Tapi bagi saya seseorang yang takut mengorbankan egonya sekecil apapun itu tetaplah seorang pecundang.

Sekarang kisah Sang Pecundang telah usang. Beruntung saya melanjutkan pendidikan di kampus yang selalu menyelipkan dakwah di setiap sudutnya, walaupun kampus ini adalah sekolah kedinasan. Banyak yang berubah, terutama pergaulan. Di kampus ini, saya baru mengetahui hal yang selama ini saya anggap sepele yaitu bersentuhan dengan lawan jenis ternyata dilarang melalui sebuah hadis, apalagi yang lebih-lebih?? Setelah tau hal itu, saya tertarik untuk lebih sering mengikuti kajian-kajian di dalam maupun di sekitar kampus. Begitu banyak pelajaran dan pengetahuan tentang agama yang sebelumnya tidak pernah saya dapatkan. Dan Sang Pecundang pun berubah ...

Seperti hal yang lain, ketika mengalami perubahan pasti ada hal yang harus direlakan. Saat memilih berusaha hidup sesuai dengan syariat -walaupun sampai sekarang masih sering khilaf- ada hal-hal yang harus saya relakan, dan yang paling berat saat itu adalah sosok yang bernama wanita -semoga kamu membaca ini dan tau apa alasanku sebenarnya-. Tak ada penyesalan, malah saya sangat bersyukur telah dipandu oleh Allah untuk memilih jalan ini. Hidup menjadi lebih "bebas" untuk berkembang ke arah yang positif. Hati menjadi lebih nyaman dan tenteram karena telah menemukan cinta yang hakiki dan sejati serta tak terkhianati, yaitu cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.