Rabu, 04 April 2012

Kisah Usang Sang Pecundang

Pernah menjadi seorang pecundang. Layaknya pemuda-pemuda pada umumnya yang masih mengedepankan ego dalam menghadapi segala hal. Egois terhadap Sang Maha Pencipta, egois terhadap kedua orang tua, egois terhadap orang sekitar, bahkan egois terhadap diri sendiri.

Egois terhadap Sang Pencipta karena sering melakukan maksiat dengan menggunakan nikmat yang telah diberikan. Egois terhadap kedua orang tua karena tak jarang menggadaikan kepercayaan yang telah diamanatkan. Egois terhadap orang sekitar ketika perhatian mereka dibalas dengan ketidakacuhan. Egois terhadap diri sendiri ketika seharusnya diri ini memperoleh haknya untuk bersyukur kepada Sang Pencipta, haknya untuk berbakti kepada insan yang mengawalinya, dan haknya untuk berkembang dengan berbagai macam ilmu pengetahuan.

Segala keegoisan tersebut terjadi karena mental saya sebagai remaja yang masih labil dan belum bisa mengontrol gejolak darah muda yang tidak berpikir dua kali untuk melakukan sesuatu serta kurangnya minat untuk mencari pengetahuan tentang ilmu agama. Meskipun begitu jika dibanding dengan teman-teman saya secara keseluruhan, saya masih masuk kategori yang "baik". Ya, saya masih masuk kategori "baik", yang membedakan saya dengan mereka adalah saya sudah tekun ibadah setiap hari dan saya tidak pernah menyentuh rokok apalagi minuman keras. Tapi bagi saya seseorang yang takut mengorbankan egonya sekecil apapun itu tetaplah seorang pecundang.

Sekarang kisah Sang Pecundang telah usang. Beruntung saya melanjutkan pendidikan di kampus yang selalu menyelipkan dakwah di setiap sudutnya, walaupun kampus ini adalah sekolah kedinasan. Banyak yang berubah, terutama pergaulan. Di kampus ini, saya baru mengetahui hal yang selama ini saya anggap sepele yaitu bersentuhan dengan lawan jenis ternyata dilarang melalui sebuah hadis, apalagi yang lebih-lebih?? Setelah tau hal itu, saya tertarik untuk lebih sering mengikuti kajian-kajian di dalam maupun di sekitar kampus. Begitu banyak pelajaran dan pengetahuan tentang agama yang sebelumnya tidak pernah saya dapatkan. Dan Sang Pecundang pun berubah ...

Seperti hal yang lain, ketika mengalami perubahan pasti ada hal yang harus direlakan. Saat memilih berusaha hidup sesuai dengan syariat -walaupun sampai sekarang masih sering khilaf- ada hal-hal yang harus saya relakan, dan yang paling berat saat itu adalah sosok yang bernama wanita -semoga kamu membaca ini dan tau apa alasanku sebenarnya-. Tak ada penyesalan, malah saya sangat bersyukur telah dipandu oleh Allah untuk memilih jalan ini. Hidup menjadi lebih "bebas" untuk berkembang ke arah yang positif. Hati menjadi lebih nyaman dan tenteram karena telah menemukan cinta yang hakiki dan sejati serta tak terkhianati, yaitu cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.


1 komentar:

  1. http://jutawandomino206.blogspot.com/2017/06/gilaa-wanita-ini-lebih-pintar-dari.html

    http://marimenujudomino206.blogspot.com/2017/06/menteri-susi-tidur-pulas-di-sofa.html

    http://detik206.blogspot.com/2017/06/hujan-es-di-medan-sumatera-utara.html

    http://beritadomino2o6.blogspot.com/2017/06/astagaaa-sekelompok-anak-di-bawah-umur.html


    HALLO TEMAN-TEMAN DAFTARKAN SEGERA DIDOMINO206.COM JUDI ONLINE TEPERCAYA & AMAN 100% !

    SANGAT MUDAH MERAIH KEMENANGAN TUNGGU APALAGI AYO BURUAN DAFTARKAN TEMAN-TEMAN^_^

    UNTUK PIN BBM KAMI : 2BE3D683

    BalasHapus